Banyuwangi—lingkunganmu.com--Pelajar lintas agama dari berbagai SMA termasuk SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, Banyuwangi bergabung dalam kegiatan Besuk Sungai Kalibaru yang diadakan oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah regional Banyuwangi (6/11/2022). Kegiatan ini dihadiri oleh Surya Rahman Muhammad sebagai manajer program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Banyuwangi, Dr. H. Mukhlis Lahuddin, M.Si., Kepala SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, Muhlas Efendi, S.T., dan penyiar radio Mandala, Tjahjono Rudi Rijanto, S.Sos., yang merupakan juri lomba desain poster digital dengan tema lingkungan dan toleransi yang juga merupakai rangkaian kegiatan Eco Bhinneka.
Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk Gen Z yang bisa memelopori pentingnya menjaga lingkungan terutama meminimalisir penggunaan plastik dan menjaga kebersihan saluran air bersih. Dalam kegiatan ini terdapat pokok bahasan yang disampaikan oleh narasumber dari Ecoton (Ecological Observation and Wetland Conservation), Mohammad Alaika Rahmatullah dan Tonis Afrianto, yakni tentang Brand Audit Training dan Strategi Komunikasi Ecoton untuk memingkatkan kepedulian publik dalam mewujudkan sungai bersih sekaligus menjadi Social Media Campaign for Environmental. Disampaikan juga mater Pentingnya Air Bersih untuk Cegah Stunting oleh Rosi Siti Rahmawaty dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Surya Rahman Muhammad, manajer program Eco Bhinneka Muhammadiyah berpesan bahwa harus ada gerakan dari peserta yang ikut minimal untuk diri sendiri supaya tidak terlalu banyak mengeluarkan sampah dan mengurangi produksi sampah. Lebih lanjut juri lomba desain poster digital, Tjahjono Rudi Rijanto tidak menyangka bahwa antusias peserta lomba sangat luar biasa. Peserta yang ikut sangat beragam. Mulai dari jenjang SMP, SMA, hingga umum. Beliau mengapresiasi hasil karya peserta lomba karena ide dan gambar yang digunakan bagus.
“Alam sudah memberikan peringatan kepada kita. Namun, peringatan tersebut sering diabaikan oleh manusia. Penyadaran tersebut perlu adanya contoh-contoh nyata seperti kegiatan yang akan dilakukan hari ini,” ungkap Dr. H. Mukhlis Lahuddin, M.Si., Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi menyampaikan dalam sambutannya sekaligus membuka kegiatan.
Peran Gen Z sangat signifikan sehingga potensi untuk melakukan kampanye Zero Waste dan cegah stunting harus dimaksimalkan. “Penanganan sampah yang tidak benar akan memindahkan masalah. Contohnya pembakaran sampak plastik. Bukannya menghilangkan sampah plastic, tetapi mengubah sampah plastik menjadi mikroplastik. Our Future is Worth More than Your Plastic dan sesuatu yang kita buang akan kembali ke meja makan,” tutur Mohammad Alaika Rahmatullah, nawasumber dari Ecoton. Beliau berharap bahwa peserta kegiatan Besuk Sungai ini bisa memberi contoh kepada teman-teman yang lain.
Dalam bahasan Strategi Komunikasi Ecoton untuk meningkatkan kepedulian public dalam mwujudkan sungai bersih, Tonis Afrianto megungkap bahwa Tempat Pembuangan Akhir di Jawa Timur sudah mulai penuh. Indonesia merupakan peringkat kedua dunia dalam penyumbang sampah di lautan. Jika hal ini dilakukan terus menerus dan tidak mengontrol plastik, tahun 2050 laut Indonesia akan lebih banyak dipenuhi oleh sampah plastik dari pada ikan.
“Akses air bersih sangat penting bagi kehidupan. Laut dan sungai sangat memengaruhi sistem kehidupan manusia. Salah satu akibat dari tercemarnya air bersih adalah mempersulit tumbuh kembang pada anak dan hilangnya nutrisi penting dalam tubuh. Teens Can Make a Difference in the World”, ungkap Rosi Siti Rahmawaty, S.Psi., dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Selain kegiatan di dalam ruangan, peserta diajak untuk membesuk sungai secara langsung yang berlokasi kurang lebih 300 meter dari sekolah. Peserta melakukan pengukuran kandungan kadar oksigen, kadar asam, suhu, dan pH air sungai Kalibaru, Brand Audit Training pemilahan sampah plastk yang ada di sekitar sungai, dan pengambilan sampel mikroplastik yang ada di sungai Kalibaru. Tonis Afrianto dari Ecoton berharap setelah kegiatan ini siswa membuat surat permohonan kepada kepala sekolah untuk membuat surat keputusan untuk melakukan gerakan pemilahan sampah plastik serta program pengurangan sampah plastik di lingkungan sekolah.
“Menurut saya kegiatan besuk sungai yang diadakan Eco Bhinneka Muhammadiyah-Nasyiatul Aisyiyah regional Banyuwangi menjadi kesempatan para pelajar lintas agama untuk mengenal cara melestarikan lingkungan seperti memilah dan memilih sampah, serta menjadi agen perubahan. Saya mengucapkan terima kasih kepada tim Eco Bhinneka karena kami bisa mendapatkan ilmu yang belum pernah kami ketahui. Selain itu kami juga bisa lebih mengenal dan akrab dengan teman-teman yang beragama lain karena penting untuk menumbuhkan kerukunan antar umat agama,” ungkap Muhammad Zaky Firdaus (Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMK Muhammadiyah 8 Siliragung), yang juga sebagai pemenang hiara pertama lomba Desain Poster Digital Eco Bhinneka. Leonard Made Budhi Diovan, pelajar dari agama Katolik SMK Muhammadiyah 8 Siliragung mengatakan bahwa sangat puas dengan kegiatan ini. Mulai dari pemberian materi sampai besuk sungai. “Banyak ilmu dan pengalaman yang bisa didapatkan dan narasumber dari Ecoton juga sangat seru.” Ungkapnya.
(Maydini/Winda)
Bogor—lingkunganmu.com--Muhammadiyah melalui Program Ecobhinneka bekerjasama dengan Ashoka Indonesia menyelenggarakan Lokakarya Faith Inspired Changemaking Initiative (FICI) Indonesia Masterclass 2022, pada Jumat-Selasa, 26-30 Agustus 2022 di Cikopo Kabupaten Bogor.
Lokakarya ini mempertemukan para peserta yang berjumlah 70 orang berasal dari berbagai organisasi keagamaan dan kepercayaan, social innovator dan tokoh-tokoh yang mempunyai passion dalam membuat Gerakan Pembaharuan dalam ranah lingkungan.
Direktur Program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan menegaskan bahwa “Peserta yang hadir adalah perwakilan dari Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, MUI, Wanita Katholik RI, Gereja Kalimantan Evangelis, Gereja Protestan Indonesia Barat, Permabudhi (Persatuan Umat Buddha Indonesia), MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu Indonesia), Parishada Hindu, Buddha Tzu Chi, dan banyak lagi organisasi dari berbagai afiliasi agama dan kepercayaan. Organisasi lingkungan yang tidak berbasis agama juga hadir dalam lokakarya ini, misalnya organisasi lingkungan dari Kalimantan Barat Gemawan, WALHI, organisasi nelayan perempuan dari Demak Puspita Bahari, aktivis sungai Prigi Arisandi, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, dan banyak lagi yang lain. Ada juga kalangan akademisi dari berbagai universitas dan lembaga pendidikan seperti Universitas Indonesia, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Pusat Studi Islam UIN Yogyakarta, BINUS University, dan berbagai pesantren. Ada juga perwakilan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, penggerak pengolahan sampah elektronik Rafa Jafar, serta berbagai pemuda penggerak dialog lintas iman, gerakan anti-kekerasan dan gerakan lingkungan.”.
Lebih lanjut Hening Parlan mengungkapkan, “Dengan jumlah umat beragama dan berkeyakinan di Indoneaia lebih dari 90%, maka spiritualitas agama menjadi sangat strategis untuk memitigasi dan mencegah dampak perubahan iklim.”
Sementara itu, Nani Zulminarni, Direktur Regional Ashoka Asia Tenggara memaparkan “Krisis iklim tidak pandang agama. Bencana alam tidak pandang agama. Supaya umat manusia dapat bertahan di bumi ini, kita semua harus memiliki cara pandang dan cara hidup baru yang lebih berkelanjutan, dan kita butuh kolaborasi antar umat beragama”.
Beberapa respon dari peserta lokakarya FICI Tahun 2022 adalah sebagai berikut:
Menurut Hidayat Tri, perwakilan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah “Melestarikan lingkungan itu adalah ibadah. Persoalan lingkungan dan perubahan iklim adalah persoalan moral, maka solusinya tidak bisa dipisah, diperlukan sosialisasi, edukasi dan advokasi. Selanjutkan apa yang bisa kita lakukan? Pertama, setiap komunitas agama perlu mengarusutama gerakan environmentalism. Kedua, membangun gerakan antar agama. Ketiga, membangun nalar kritis kaum milenial (eco-literasi dan lain-lain)”.
Manajer kampanye WALHI Parid Ridwanuddin menjelaskan, “Gerakan lingkungan harus terus terhubung dengan gerakan-gerakan lain yang sudah ada. Karena itu, jembatan yang dibangun lokakarya FICI antara gerakan lingkungan dan gerakan keagamaan, amat penting.”
Sedangkan bagi Juliana Oyong, perwakilan dari Persatuan Umat Buddha Indonesia menilai baik acara lokakarya ini “Fasilitator Dani Munggoro dari Inspirit mengajak kita memikirkan kembali inisiatif yang telah kita lakukan serta memberikan pemantik-pemantik yang membuat kita mempertajam dan merevisi langkah supaya lebih efektif,” papar Juliana yang juga merupakan Wakil Sekjen Komunitas Eco-enzyme Nusantara.
Fauzan Anwar Sandiah, perwakilan dari Komunitas eco-Literasi menegaskan “Ini acara yang sangat hebat. Bisa satu forum dengan banyak pekerja dan inovator di gerakan lingkungan hidup. Mulai dari muslim, kristen, katholik, hindu, konghucu, dan agama adat/lokal. Pendekatan yang bertopang pada anjuran agama ternyata bisa betul-betul bekerja untuk isu lingkungan. Dalam limabelas tahun terakhir ini misalnya di Islam sendiri sudah ada eko-pesantren, eko-masjid, eko-filantropi (wakaf hutan), dan banyak lagi”.
Di dalam forum ini, tokoh-tokoh agama, aktivis muda, dan penggerak lingkungan, secara serius dan mendalam, selama 3 hari penuh membahas untuk menjadi changemakers dengan berbagai model pendekatan secara sistematis. Ternyata komunitas beragama di Indonesia memang sudah menjadi teladan global untuk praktik-praktik pemulihan lingkungan (ddp).
Tawangmangu—lingkunganmu.com—Majelis Lingkungan Hidup PDM Kota Yogyakarta menggelar TOT Sekolah Kader Lingkungan #2 di Tawangmangu (21/08/2022). TOT ini sebagai ikhtiar nyata untuk memabngun nilai-nilai Kesadaran Warga Muhammadiyah khususnya Kader Muda dan Masyarakat Umum dalam rangka untuk melestarikan Lingkungan Hidup.
Menurut Harris Syarif Usman, Anggota Dewan SDA DIY yang menjadi salah satu narasumber dalam TOT tersebut, menyatakan bahwa “saat ini banyak masyarakat belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup, masyarakat masih terbuai dengan kekayaan alam yang dimiliki, bahkan belum ada perubahan sikap dan perilaku untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup dengan bijak”.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, Wakil Ketua Forum Kota Hijau ini, menegaskan bahwa “dengan melihat arti penting lingkungan bagi manusia maka menjadi penting untuk membentuk Kader Lingkungan Hidup yang mampu meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dengan bijak dan dapat berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup di wilayah sekitar masing-masing”.
Kader Lingkungan merupakan unsur penting dalam pembinaan cinta alam karena merupakan unsur pelopor dan penggerak dalam upaya konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistem serta diharapkan berperan aktif bersama dunia akademik, pemerintah dan civil society guna mewujudkan manusia yang sadar lingkungan.
Sementara itu, Hery Setyawan , Ketua MLH PDM Kota Yogyakarta menguraikan bahwa “rendahnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat.dalam pengelolaan lingkungan hidup serta belum adanya sinkronisasi program kegiatan dengan stakeholders pemerintahan mengakibatkan ikhtiar yang dilakukan belum maksimal. Untuk itu, TOT ini selain menanamkan pola pikir (mindset), keterampilan dan strategi-strategi yang harus direalisasikan di lapangan terkait pengelolaan lingkungan hidup dengan bijak”.
Gatot Supangkat, Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah juga menegaskan bahwa “berdasarkan permasalahan kerusakan lingkungan yang semakin berdampak bahkan banyak mengakibatkan bencana, maka perlu dilakukan inovasi-inovasi baru seperti pembentukan kader lingkungan hidup melalui kawula muda melalui TOT saat ini. Para lulusan TOT ini nantinya akan menjadi kader penggerak lingkungan dalam ikhtiar menyiapkan, merencanakan, dan mengkoordinasikan kegiatan di tingkat tapak”.
Lebih lanjut, Gatot menandaskan bahwa “MLH PP Muhammadiyah sangat optimis langkah ini (TOT) menjadi hal yang strategis dalam menyiapkan dan melatih generasi muda Muhammadiyah khususnya IMM Djasman Al Kindi, agar mereka banyak berkegiatan di alam. Kalau mereka tidak dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang alam dan lingkungan bisa menjadi masalah yang serius nantinya”.
Dosen UMY ini pesan kepada seluruh peserta TOT untuk memahami dan mengaplikasikan Teologi Lingkungan dengan baik dan benar.
“Teologi bermakna sebuah konsep berpikir dan bertindak yang selalu dihubungkan dengan “Yang Ghoib” Yang Menciptakan sekaligus Mengatur dan Memelihara alam, termasuk segala kehidupan di alam. Semua aktifitas manusia di muka bumi adalah dalam rangka pengabdian (= ibadah) kepada Allah SWT Yang Menciptakan dan Memelihara Alam. Sementara itu, Akhlaq adalah sikap dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan manusia lainnya, berhubungan dengan alam lingkungannya, dan berhubungan dengan Tuhan Allah SWT (hablun minallah, minannas dan minal alam)”.
Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan dakwah dengan misi utama al amr bil ma’ruf wa nahyu ’anil munkar mempunyai peran yang sangat strategis dalam gerakan pengelolaan lingkungan dengan bijak, melalui da’wah dan pendidikan lingkungan. Oleh karenanya, ke depan MLH PP Muhammadiyah akan senantiasa membidik Angkatan Muda Muhammadiyah (Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah) termasuk infrastruktur Muhammadiyah lainnya seperti MLH PWM/PDM/PCM/PRM untuk menjadi peserta TOT Sekolah Kader Lingkungan (ddp).
Sukoharjo—lingkunganmu.com—Ketum PP Muhammadiyah meresmikan Gedung Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Sangen (10/8/2022) sekaligus memperingati Milad ke-5 Pondok tersebut. Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Ketua PDM Sukoharjo, Camat Weru, Kepala-kepala Desa de Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.
Dalam Tabligh Akbarnya, Haedar Nashir menegaskan “Kata segolongan umat dalam Q.S. Ali Imran 104, bukan umat yang sembarangan. Tetapi umat yang memiliki kekuatan Ilahiyah yang dasarnya iman, taqwa dan tauhid. Hal itu yang menjadikan Muhammadiyah tumbuh sampai sejauh ini”.
Lebih lanjut Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengatakan bahwa “Dalam konteks bangsa Indonesia, yang diketahui sebagai bangsa beragama, maka kekuatan yang dimiliki oleh bangsa ini adalah keimanan, ketaqwaan dan ketauhidan. Kekuatan ruhani yang dimiliki bangsa ini karena iman, karena taqwa, karena tauhid kepada Allah. Bahkan dahulu dengan kalimat takbir, perjuangan di Surabaya, Yogyakarta, Jawa Tengah dan sampai seluruh tanah air mengusir penjajah”.
Di acara Tabligh Akbar Milad ke-5 Ponpes Modern Muhammadiyah Sangen, Sukoharjo tersebut Haedar menegaskan bahwa iman, takwa dan tauhid merupakan benteng terkuat dari sebuah masyarakat. Ketiga entitas tersebut dikuatkan dengan perilaku atau amal konkrit.
Beliau juga menjelaskan bahwa “Kampung Sangen ini adalah Kampung yang tadayun, kampung yang punya jiwa agama lebih khusus dengan Persyarikatan Muhammadiyah. Tidak mungkin tahun 1964, ketika suasana saat itu, kehidupan kita berada dalam suasana pergolakan politik yang luar biasa kemudian kampung ini bangkit lalu tumbuh menjadi masyarakat yang agamis. Saya tadi tidak membayangkan jamaah yang hadir di tempat ini sungguh luar biasa bahkan anak-anak TK ABA di sana sudah menyambut, sekitar satu kilometer dari lokasi ini, sampai-sampai pak Menteri menyangka bahwa acaranya di situ, ternyata masih harus berjalan. Ini menggambarkan jiwa tadayun yang, bangkit karena ada panggilan ilahiyah”
Merujuk kembali Ali Imran 104, di ujung ayat menyebutkan bahwa dengan bekal tiga tersebut maka golongan tersebut meraih kejayaan. Haedar meyakini bahwa segolongan umat akan memperoleh kejayaan apabila mereka mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.Guru Besar Sosiologi ini mengingatkan bahwa dalam mencegah kemungkaran harus dengan cara ma’ruf. Indonesia sebagai negara hukum, maka dirinya mendorong supaya setiap kemungkaran atau perilaku bengkok dari kelompok atau individu masyarakat diselesaikan secara hukum.
Oleh karena itu Haedar mengingatkan agar pondok pesantren Muhammadiyah untuk menjaga dan merawat nilai tadayyun, diniyah, dan agama tetap hidup di masyarakat.
“Sesungguhnya niatnya Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah itu niatnya karena itu, menjaga nilai-nilai agama agar tetap hidup menjadi fondasi kita bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Ungkapnya.
Acara Milad Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Sangen ke-5 ini diakhiri dengan penandatanganan prasasti, melihat langsung gedung-gedung yang diresmikan dan penanaman 1000 pohon.
Sementara itu, Dr. Gatot Siupangkat dan Hidayat Tri didamping Ustadz Dardiri Dahlan melanjutkan perjalan ke daerah “alas ombo” di mana Pondok mendapat wakaf tanah seluas kurang lebih 5.000 meter persegi untuk survey lokasi yang selanjutnya akan ditindaklanjuti pemanfaatan tanah wakaf dimaksud agar lebih produktif dan memiliki nilai tambah dalam hal dakwah bil hal (ddp).
Jakarta—lingkunganmu.com--Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari yang diadakan pada 28-29 Juli 2022 di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat menghasilkan tujuh risalah. Hasil tersebut sudah melalui serangkaian penelitian, diskusi antar organisasi Islam lintas entitas dan para pihak terkait serta mendengarkan dan menyerap masukan dari para peserta.
Sejumlah kolaborator dari Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Republika, Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Universitas Gadjah Mada (UGM), serta Istiqlal Global Fund (IGF) menggelar “Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari” dalam rangka mencari solusi atasi perubahan iklim.
Inisiatif “Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari” ini dimulai dengan serangkaian penelitian dan jajak pendapat pada akhir 2021. Selanjutnya, pada Mei 2022, kolaborator “Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari” juga telah mengadakan tiga FGD terarah yang berfokus pada anak muda sebagai pemimpin perubahan iklim, bencana sebagai proksi perubahan iklim, serta pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan, terutama keterkaitan ketiganya dengan umat Islam, demikian keterangan Hidayat Tri (Kolaborator dati LPLH-SDA MUI).
Lebih lanjut, Anggota Divisi Humas dan Kerjasama MLH PP Muhammadiyah ini, di Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari ini, “Umat Islam Indonesia harus menjadi Pemimpin Solusi Perubahan Iklim”.
Rangkaian acara tersebut kemudian disusul kongres untuk menyepakati isi-isi komitmen yang berbentuk seruan oleh berbagai organisasi Islam dan pemangku kepentingan lainnya. Kesepakatan yang diberi nama “Risalah Umat Islam untuk Indonesia Lestari” yang kemudian dibacakan di Masjid Istiqlal pada Jumat (29/7).
“Tujuan dari kegiatan ini adalah menyatukan umat Islam dalam forum bersama untuk mencari dan mengembangkan solusi atas krisis iklim, baik dalam mitigasi maupun adaptasi,” ujar Muhammad Ali Yusuf, salah satu kolaborator yang memimpin jalannya acara Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari, di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Menurutnya, inisiatif perlindungan lingkungan dan solusi iklim dari berbagai organisasi Islam dan umat Islam secara umum telah dimulai sejak lama. Namun, inisiatif-inisiatif baik ini belum dilihat sebagai salah satu potensi utama yang dimiliki Indonesia, dan banyak dari inisiatif ini yang belum dikenal oleh masyarakat luas.
“Melalui Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari, para kolaborator berharap dapat memperbesar dampak solusi iklim yang telah dilakukan, serta mengisi celah yang masih ada,” ujar Mahesti Hasanah, kolaborator Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari, yang juga memimpin jalannya kongres bersama Ali.
Risalah nantinya diharapkan dapat menjadi panduan bagi berbagai organisasi dalam mencari solusi perubahan iklim yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Risalah tersebut akan diserahkan kepada Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Masjid Istiqlal pada Jumat (29/7), yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1444 H.
Berikut isi tujuh risalah seperti yang disampaikan kepada Wakil Presiden Republik Indonesia pada Jumat (29/7/2022) di Masjid Istiqlal: